- Bentuk – Bentuk Tingkah laku Sosial
Dalam perkembangan
menuju kematangan sosial, anak mewujudkan dalam bentuk-bentuk
interkasi sosial diantarannya :
- Pembangkangan (Negativisme)
Bentuk tingkah laku
melawan. Tingkah laku ini terjadi sebagai reaksi terhadap penerapan
disiplin atau tuntutan orang tua atau lingkungan yang tidak sesuai
dengan kehendak anak. Tingkah laku ini mulai muncul pada usia 18
bulan dan mencapai puncaknya pada usia tiga tahun dan mulai menurun
pada usia empat hingga enam tahun.
- Agresi (Agression)
Yaitu perilaku
menyerang balik secara fisik (nonverbal) maupun kata-kata (verbal).
Agresi merupakan salah bentuk reaksi terhadap rasa frustasi (rasa
kecewa karena tidak terpenuhi kebutuhan atau keinginannya).
- Berselisih (Bertengkar)
Sikap ini terjadi
jika anak merasa tersinggung atau terganggu oleh sikap atau perilaku
anak lain.
- Menggoda (Teasing)
Menggoda merupakan
bentuk lain dari sikap agresif, menggoda merupakan serangan mental
terhadap orang lain dalam bentuk verbal (kata-kata ejekan atau
cemoohan) yang menimbulkan marah pada orang yang digodanya.
- Persaingan (Rivaly)
Yaitu keinginan
untuk melebihi orang lain dan selalu didorong oleh orang lain. Sikap
ini mulai terlihat pada usia empat tahun, yaitu persaingan prestice
dan pada usia enam tahun semangat bersaing ini akan semakin baik.
- Kerja sama (Cooperation)
Yaitu sikap mau
bekerja sama dengan orang lain. Sikap ini mulai nampak pada usia tiga
tahun atau awal empat tahun, pada usia enam hingga tujuh tahun sikap
ini semakin berkembang dengan baik.
- Tingkah laku berkuasa (Ascendant behavior)
Yaitu tingkah laku
untuk menguasai situasi sosial, mendominasi atau bersikap bossiness.
Wujud dari sikap ini adalah ; memaksa, meminta, menyuruh, mengancam
dan sebagainya.
- Mementingkan diri sendiri (selffishness)
Yaitu sikap
egosentris dalam memenuhi interest atau keinginannya
- Simpati (Sympaty)
Yaitu sikap
emosional yang mendorong individu untuk menaruh perhatian terhadap
orang lain mau mendekati atau bekerjasama dengan dirinya.
- Pengaruh Perkembangan Sosial terhadap Tingkah Laku
Pemikiran dirinya
dan orang lain pada anak terwujud dalam refleksi diri, yang sering
mengarah kepenilaian diri dan kritik dari hasil pergaulannya dengan
orang lain. Hasil pemikiran dirinya tidak akan diketahui oleh orang
lain, bahkan sering ada yang menyembunyikannya atau
merahasiakannya.
Pikiran anak sering
dipengaruhi oleh ide-ide dari teori-teori yang menyebabkan sikap
kritis terhadap situasi dan orang lain, termasuk kepada orang tuanya.
Kemampuan abstraksi anak sering menimbulkan kemampuan mempersalahkan
kenyataan dan peristiwa-peristiwa dengan keadaan bagaimana yang
semstinya menurut alam pikirannya.
Disamping itu
pengaruh egoisentris sering terlihat, diantaranya berupa :
- Cita-cita dan idealism yangbaik, terlalu menitik beratkan pikiran sendiri, tanpa memikirkan akibat labih jauh dan tanpa memperhitungkan kesulitan praktis yang mungkin menyebabkan tidak berhasilnya menyelesaikan persoalan.
- Kemampuan berfikir dengan pendapat sendiri, belum disertai pendapat orang lain daalm penilaiannya.
- Penciptaan Kondisi Ideal Bagi Pengembangan Sosial Emosional Anak
- Pada usia pra sekolah keadaan emosi anak penuh dengan ketidak seimbangan karena anak –anak mudah keluar dari fokus dalam arti bahwa ia gampang terbawa ledakan – ledakan emosi sangat menjadikan mereka sulit dibimbing dan diarahkan.
- Untuk memicu emosi anak dalam kehidupan sosialnya yang terpenting bagi orang tua atau guru adalah dapat menyediakan kondisi ideal yang dapat mengatasi berbagai hambatan perkembangan emosi maupun perilaku sosial anak secara efektif .
- Perkembangan positif dalam konteks perkembangan emosi maksudnya adalah mampu menciptakan dan menyediakan kondisi yang dapat menjamin terkendalinya ekspresi emosi dari setiap anak sehingga emosi anak terlindungi, lebih stabil dan seimbang serta wajar dalam tampilannya, sedangkan terkait dengan pengembangan dimensi sosial anak maksudnya adalah mampu anak melakukan interaksi sosial serta meningkatkan keterampilan anak dalm bersosialisasi.
- Hal yang terpenting adalah perkembangan emosi dan sosial anak dapat saling terbangaun secara utuh dalam suatu kondisi yang diciptakan seperti disebutkan diatas berbagai keadaan yang dapat merusak perkembangan emosi dan sosial anak dapat di hindarkan.
Kemampuan mengenali
kondisi yang menunjang maupun yang menghambat diharapkan berdampak
pada kemampuan memilih kondisi yang sesuai dengan harapan.
Pengaruh psikologis
yang penting adalah, terkait dengan kerja intelegensi, aspirasi, dan
kecemasan. Untuk menciptakan kondisi yang ideal pada perkembangan
emosional anak adalah yang dapat menjamin perkembangan social
emosional anak secara positif terkendalinya ekspresi emosi dari
setiap anak sehingga emosi anak terlindungi lebih stabil dan
seimbang.
Maslow
(1954) mengkonseptualisasikan sebuah hierarki kebutuhan-kebutuhan
dimana belajar tidak mungkin terjadi kecuali kebutuhan-kebutuhan
fisiologis dan psikologis untuk aman terpenuhi lebih dahulu. Karena
keamanan dan kesehatan fisik sekarang-sekarang ini seringkali
terancam, program-program untuk anak usia dini harusnya bukan hanya
menyediakan nutrisi, keamanan, dan kesehatan yang adekuat tapi juga
pastikan layanan-layanan yang lebih komprehensif, seperti fisik,
gigi, kesehatan mental dan sosial. (NASBE 1991; U.S. Department of
Health & Human Services 1996).