KEBERAGAMAAN ORANG DEWASA

Written By IMM Tarbiyah on Jumat, 16 September 2011 | 17.53



  1. Pengertian Dewasa dan Ciri-ciri Kedewasaan
Usia dewasa dimulai sejak berakhirnya kegoncangan-kegoncangan kejiwaan yang menimpa masa remaja. Dengan demikian, usia dewasa bisa dikatakan ketenangan jiwa, ketetapan hati dan keimanan yang tegas. Walaupun demikian, dalam kenyataan hidup sehari-hari terkadang dijumpai orang-orang dewasa masih merasakan kegoncangan jiwa. Tentunya tidak sehebat yang terjadi pada masa remaja. Hal itu wajar terjadi karena persoalan-persoalan hidup tetap saja timbul, sekalipun mereka telah mencapai usia dewasa.
Dari segi biologis atau pisikologis dewasa dapat diartikan sebagai suatu keadaan bertumbuhnya ukuran-ukuran tubuh dan mencapai kekuatan maksimal serta siap “berproduksi”. Dewasa juga dapat diartikan sebagai individu-individu yang telah memiliki kekuatan tubuh secara maksimal dan siap bereproduksi dan telah dapat diharapkan memiliki kesiapan kognitif, afektif dan psikomotor, serta dapat diharapkan memainkan peranannya bersama dengan individu-individu lain dalam masyarakat.

Rumusan di atas itu mengundang untuk memperhatikan apa yang ditekankan yaitu istilah diharapkan. Penekanan ini dimaksudkan bahwa orang dewasa itu, baru memiliki kemungkinan-kemungkinan untuk memiliki sesuatu sifat atau sesuatu keadaan atau sesuatu cirri. Kalau orang dewasa dapat senyatanya melaksanakan apa yang diharapkan itu, maka sebagian ciri kematangan telah mereka miliki.
Adapun pengertian dari masa dewasa yaitu masa pencaharian kemantapan dan masa reproduktif, yaitu suatu masa yang penuh masalah dan ketegangan emosional, periode isolasi sosial, periode komitmen dan masa ketergantungan, perubahan nilai-nilai, kreativitas, dan penyesuaian diri pada pola hidup yang baru. Masa dewasa dini, dari umur delapan belas hingga lebih kurang empat puluh tahun.1
Saat telah menginjak usia dewasa terlihat adanya kematangan jiwa mereka; “Saya hidup dan saya tahu untuk apa,” menggambarkan bahwa di usia dewasa orang sudah memiliki tanggung jawab serta sudah menyadari makna hidup.2 Dengan kata lain, orang dewasa nilai-nilai yang yang dipilihnya dan berusaha untuk mempertahankan nilai-nilai yang dipilihnya.
Elizabeth B. Hurlock membagi masa dewasa menjadi tiga bagian:3
  1. Masa dewasa awal (masa dewasa dini/young adult)
Masa dewasa awal adalah masa pencaharian kemantapan dan masa reproduktif yaitu suatu masa yang penuh dengan masalah dan ketegangan emosional, priode isolasi social, priode komitmen dan masa ketergantungan, perubahan nilai-nilai, kreativitas dan penyesuaian diri pada pola hidup yang baru. Kisaran umurnya antara 21 tahun sampai 40 tahun.
  1. Masa dewasa madya (middle adulthood)
Masa dewasa madya ini berlangsung dari umur empat puluh sampai enam puluh tahun. Ciri-ciri yang menyangkut pribadi dan social antara lain; masa dewasa madya merupakan masa transisi, dimana pria dan wanita meninggalkan ciri-ciri jasmani dan prilaku masa dewasanya dan memasuki suatu priode dalam kehidupan dengan ciri-ciri jasmani dan prilaku yang baru. Perhatian terhadap agama lebih besar dibandingkan dengan masa sebelumnya, dan kadang-kadang minat dan perhatiannya terhadap agama ini dilandasi kebutuhan pribadi dan sosial.
  1. Masa usia lanjut (masa tua/older adult)
Usia lanjut adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang. Masa ini dimulai dari umur enam puluh tahun sampai mati, yang ditandai dengan adanya perubahan yang bersifat fisik dan psikologis yang semakin menurun. Adapun ciri-ciri yang berkaitan dengan penyesuaian pribadi dan sosialnya adalah sebagai berikut; perubahan yang menyangkut kemampuan motorik, peruban kekuatan fisik, perubahan dalam fungsi psikologis, perubahan dalam system syaraf, perubahan penampilan.

  1. Karakteristik Sikap Keberagamaan Pada Masa Dewasa
Sejalan dengan tingkat perkembangan usianya, maka sikap keberagamaan pada orang dewasa antara lain memiliki ciri sebagai berikut:4
  1. Menerima kebenaran agama berdasarkan pertimbangan pemikiran yang matang, bukan sekedar ikut-ikutan.
  2. Cenderung bersifat realitas, sehinggga norma-norma agama lebih banyak diaplikasikan dalam sikap dan tingkah laku.
  3. Bersikap positif terhadap ajaran dan norma-norma agama, dan berusaha untuk mempelajari dan memperdalam pemahaman keagamaan.
  4. Tingkat ketaatan beragama didasarkan atas pertimbangan dan tanggung jawab diri hingga sikap keberagamaan merupakan realisasi dari sikap hidup.
  5. Bersikap lebih terbuaka dan wawasan yang lebih luas.
  6. Bersikap lebih kritis terhadap materi ajaran agama sehingga kemantapan beragama selain didasarkan atas pertimbangan pikiran, juga didasarkan atas pertimbangan hati nurani.
  7. Sikap keberagamaan cenderung mengarah kepada tipe-tipe kepribadian masing-masing, sehingga terlihat adanya pengaruh kepribadian dalam menerima, memahami serta melaksanakan ajaran agama yang diyakininya.
  8. Terlihat adanya hubungan antar sikap keberagamaan dengan kehidupan social, sehingga perhatian terhadap kepentingan organisasi sosial keagamaan sudah berkembang.

  1. Masalah-masalah Keberagamaan Pada Masa Dewasa
Seorang ahli psikologi Lewis Sherril, membagi masalah-masalah keberagamaan pada masa dewasa sebagai berikut;
  1. Masa dewasa awal, masalah yang dihadapi adalah memilih arah hidup yang akan diambil dengan menghadapi godaan berbagai kemungkinan pilihan.
  2. Masa dewasa tengah, masalah sentaral pada masa ini adalah mencapai pandangan hidup yang matang dan utuh yang dapat menjadi dasar dalam membuat keputusan secara konsisten.
  3. Masa dewasa akhir, ciri utamanya adalah ‘pasrah’. Pada masa ini, minat dan kegiatan kurang beragama. Hidup menjadi kurang rumit dan lebih berpusat pada hal-hal yang sungguh-sungguh berarti. Kesederhanaan lebih sangat menonjol pada usia tua.

  1. Perkembangan Agama Pada Masa Dewasa
Dari segi Ilmu Jiwa Agama, dapat dikatakan bahwa perubahan keyakinan atau perubahan jiwa agama pada orang dewasa bukanlah suatu hal yang terjadi secara kebetulan saja, dan tidak pula merupakan pertumbuhan yang wajar, akan tetapi adalah suatu kejadian yang didahului oleh berbagai proses dan kondisi yang dapat diteliti dan dipelajari. Perkembangan jiwa agama pada orang dewasa, yang terpenting ialah yang dinamakan “Konversi Agama”, keyakinan yang berupa mistik; dan perubahan ke arah acuh tak acuh terhadap ajaran agama.
Pada masa dewasa dini, agama mulai dipandang sebagai bagian terpenting dalam hidupnya. Sedangkan pengkajian nilai diharapkan untuk menjadi pedoman yang lebih kokoh menghadapi tugas-tugas didunia dan jadi pedoman utama menghadapi kematian dan hidup di akhirat kelak. Pekerjaan, ideology, kegiatan sosial, biasanya akan dikaitkan dengan tuntunan agama. Kwalitas ibadah saat ini akan terlihat secara jelas. Sedangkan yang nilai agamanya kurang disebabkan pendidikan dasar agama yang diperoleh sebelumnya rendah, dan akan mewujudkan tingkah laku agama yang rendah pula. Orang dewasa dini lebih memperhatikan hal-hal keagamaan jika tetangga-tetangga dan teman-temannya aktif dalam organisasi-organisasi keagamaan. Dan pada masa ini kegagalan-kegagalan hidup mulai diatasi dengan bantuan agama, sekalipun dia selama hidupnya kurang mengamalkan agama atau kurang keyakinannya.
Orang-orang dewasa yang cemas akan kematian atau mereka yang sangat memikirkan hal kematian cenderung lebih memperhatikan agama daripada orang yang bersikap lebih realistic. Semakin otoriter pola kepribadian seseorang, semakin banyak perhatiannya pada agama dan semakin kaku sikapnya terhadap agama-agama lainnya. Sebaliknya, orang yang memiliki pribadi yang berpandangan seimbang lebih luwes terhadap agama-agama lain dan biasanya lebih aktif dalam kegiatan agamanya. (Tumanggor,2001:72;Hurlock,1980:258)
Pada masa dewasa madya adalah masa keinginan yang sangat tinggi untuk beribadah. Banyak orang berusia madya (laki-laki dan perempuan) yang tertarik kepada tempat ibadah (seperti: masjid) dan kegiatan yang berhubungan dengan keagamaan daripada yang pernah mereka kerjakan pada waktu masih muda. Walaupun keinginannya ini mungkin bukan karena alasan keagamaan. Contohnya banyak orang usia madya, terutama wanita menganggap bahwa kegiatan keagamaan atau sosial dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhannya. Keinginannya untuk lebih terlibat dengan kegiatan keagamaan akan semakin besar setelah seseorang kehilangan anggota keluarga atau teman dekatnya.5


  1. Sikap Keberagamaan Pada Masa Dewasa
Sikap keberagamaan orang dewasa memiliki perspektif yang luas didasarkan atas nilai-nilai yang dipilihnya. Selain itu, sikap keberagamaan ini umumnya juga dilandasi oleh pendalaman pengertian dan perluasan pemahaman tentang ajaran agama yang dianutnya. Beragama, bagi orang dewasa sudah merupakan sikap hidup dan bukan sekedar ikut-ikutan.
Sejalan dengan tingkat perkembangan usianya, maka sikap keberagamaan pada orang dewasa antara lain memiliki cirri-ciri sebagai berikut:
  1. Menerima kebenaran agama berdasarkan pertimbangan pemikiran yang matang, bukan sekadar ikut-ikutan.
  2. Cenderung bersifat realis, sehingga norma-norma agama lebih banyak diaplikasikan dalam sikap dan tingkah laku.
  3. Bersikap positif terhadap ajaran dan norma-norma agama, dan berusaha untuk mempelajari dan memperdalam pemahaman keagamaan.
  4. Tingkat ketaatan beragama didasarkan atas pertimbangan dan tanggung jawab diri hingga sikap keberagamaan merupakan realisasi dari sikap hidup.
  5. Bersikap lebih terbuka dan wawasan yang lebih luas.
  6. Bersikap lebih kritis terhadap materi ajaran agama sehingga kemantapan beragama selain didasarkan atas pertimbangan pikiran, juga didasarkan atas pertimbangan hati nurani.
  7. Sikap keberagamaan cenderung mengarah kepada tipe-tipe kepribadian masing-masing, sehingga terlihat adanya pengaruh kepribadian dalam menerima, memahami serta melaksanakan ajaran agama yang diyakininya.
  8. Terlihat adanya hubungan antara sikap keberagamaan dengan kehidupan sosial, sehingga perhatian terhadap kepentingan organisasi sosial keagamaan sudah berkembang. 6

PENUTUP
Demikianlah makalah ini kami susun dengan sebaik mungkin, akan tetapi kesalahan dan kekurangan pastilah ada pada diri kami selaku penyusun, oleh karena itu kami haturkan maaf yang sebesar-besarnya jika memang ada kesalahan dan kekurangannya, untuk itu kami mengharapkan kritik dan sarannya guna menjadikan makalah ini dapat lebih baik ke depannya. Tak lupa kami ucapkan terima kasih banyak kepada Bapak dosen dan kepada teman-teman semua yang telah membimbing dan turut ikut berpartisipasi dalam kegiatan diskusi ini. Akhirnya kami ucapkan semoga pembahasan makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, amin.
DAFTAR PUSTAKA

Jalaludin, Psikologi Agama, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007
Sururin, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004
1 http://kauhumairah.blogspot.com/2011/02/keberagamaan-pada-masa-dewasa-dan-usia.html


2 Jalaludin, Psikologi Agama (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), hal. 105.

3 Sururin, Ilmu Jiwa Agama (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), hal. 83.

4 Jalaludin, Psikologi Agama (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), hal. 107- 108.


5 http://kauhumairah.blogspot.com/2011/02/keberagamaan-pada-masa-dewasa-dan-usia.html


6 Ibid.,

Ditulis Oleh : IMM Tarbiyah ~IMM Komisariat Dakwah

IMM.Dakwah Anda sedang membaca artikel berjudul KEBERAGAMAAN ORANG DEWASA.

Ditulis oleh IMM Komisariat Dakwah.

Silahkan manfaatkan dengan bijak.

Blog, Updated at: 17.53