Konsep Manusia Menurut Psikologi

Written By IMM Tarbiyah on Rabu, 28 September 2011 | 09.22


    Telah banyak aliran psikolog yang melahirkan teori-teori tentang manusia, tapi ada empat pendekatan yang paling dominan:
      1. Psikoanalisis sebuah aliran dalam psikologi yang melukiskan manusia sebagai makhluk yang digerakkan oleh keinginan-keinginan terpendam (homo valens)
      2. Behaviorisme aliran dalam psikologi yang mengandung manusia sebagai makhluk yang digerakkan oleh lingkungan (homo mechanicus)
      3. Psikologi kognitif aliran psikologi yang melihat manusia sebagai makhluk yang aktif mengorganisasikan dan mengolah stimuli yang diterimanya (homo sapiens)
      4. Psikologi humanistik, menggambarkan manusia sebagai pelaku aktif dalam merumuskan strategi transaksional dalam lingkungannya (homo ludens)
    1. Pandangan Psikoanalisis
    Siqmud Freud, pendiri psikoanalisis adalah orang pertama yang berusaha merumuskan psikologi manusia. Freud memfokuskan perhatiannya pada totalitas kepribadian manusia, bukan pada bagian-bagian yang terpisah-pisah. Pendekatan psikoanalis tentang manusia sangat kompleks tetapi secara garis besar dapat diringkas dalam tiga kesatuan kompleks yang memiliki hubungan timbal balik.
    Freud menggambarkan tentang tiga sistem usama kepribadian manusia id (das es), ego (das ich) dan super ego (ueber ich). Perilaku manusia merupakan hasil interaksi ketiga subsistem tersebut. Konsep ini muncul berdasarkan pemahaman Freud yang mengumpamakan keadaan dan proses mental manusia ibarat gunung es yang mengambang di tengah lautan.
    Id (das es) merupakan waah yang berisi dorongan-dorongan bawaan yang bersifat primitif dan dorongan-dorongan biologis manusia (insting), id bergerak berdasarkan prinsip kesenangan dan kepuasan, dan id merupakan lapisan psikis paling dasar. Id bersifat egoistis, tidak bermolar, dan tidak mau tahu keadaan, ia adalah tabiat hewani manusia, tempat dua naluri, yakni libidio (eros) dan thanatos berada. Libido (eros), atau naluri kehidupan adalah insting reproduktif yang menyediakan energi dasar untuk kegiatan-kegiatan manusia yang konstruktif. Dalam konsep Freud, libido bukan hanya meliputi dorongan seksual, tetapi juga segala hal yang mendatangkan kenikmatan termasuk kasih sayang, pemujaan pada Tuhan, dan cinta dari (narcisism). Sedangkan thanatos (naluri kematian) adalah insting yang bersifat destruktif dan agresif. Walaupun id mampu melahirkan keinginan, tapi ia tidak mampu memuaskan keinginan.
    Subsistem yang kedua adalah ego (das ich) yang berfunsi menjembatani tuntutan id dengan realitas dunia luar. Ego adalah mediator antara hasrat-hasrat hewani dengan tuntutan rasional dan realistk. Ego-lah yang menyebabkan manusia menundukkan hasrat hewaninya dan hidup sebagai wujud yang rasional. Ego bergerak berdasarkan prinsip realitas. Ego (das ich) memiliki unsur kesadaran, mampu menghayati secara batiniah maupun lahiriah. Das ich menampilkan akal budi dan pikiran, selalu siap menyesuaikan diri, dan mampu mengendalikan dorongan-dorongan. Ia menampilkan prinsip realitas, yaitu menghambat dan mengendalikan prinsip kesenangan.
    Unsur yang terakhir adalah super ego yang berfungsi untuk mengontrol dan menyensor id agar tidak begitu saja merealisasikan pemuasananya. Super ego dapat diibaratkan kata hati yang terbentuk melalui proses internalisasi yang meliputi larangan dan perintah dari dunia luar yang berhubungan dengan lingkungan sosial dan nilai moral. Super ego memaksa ego untuk menekan hasrat-hasrat yang berlainan ke alam bawah sadar. Baik id maupun super ego berada di alam bawah sadar manusia. Ego berada di tengah antara memenuhi desakan id dan peraturan super ego. Untuk mengatasi ketegangan, super ego dapat menyerah pada tuntutan id, tetapi bukan berarti dihukum super ego dengan perasaan bersalah. Super ego (ueber-ich) merupakan zat yang lebih tinggi yang ada pada diri manusia yang memberikan garis-garis pengarahan etis dan norma-norma yang harus dianut. Salah satu fungsi terpenting dari ueber-ich ialah sebagai hati nurani yang mengontrol dan mengkritik perbuatan.

    1. Pandangan Psikologis Behavioris
    Aliran behaviorisme melahirkan pendekatan yang sangat kontradiktif dengan psikoanalis yang memandang bahwa manusia sangat dipengaruhi oleh insting dan dorongan nafsu rendah. Aliran ini tidak mengakui konsepsi ketidaksadaran dan kesadaran yang menjadi inti dari psikoanalis, namun lebih memandang aspek stimuli lingkunganlah yang bisa membentuk perilaku manusia.
    Aliran behaviorisme menyatakan bahwa semua tingkah laku manusia, bisa ditelusuri asalnya dari bentuk tingkah laku yang kompleks dan lebih tinggi bisa didusun. Refleks adalah reaksi-reaksi yang tidak disadari terhadap perangsang-perangsang tertentu. Setiap bentuk tingkah laku manusia dapat dijelaskan di luar peristiwa kesadaran (tanpa menyentuh masalah kesadaran). Maka diri manusia disebut sebagai kompleks refleks-refleks, atau sebagai mesin reaksi belaka. Menurut behaviorisme, faktor pembawaan dan bakat tidak mempunyai peranan sama sekali, “pendidikanlah” yang Mahakuasa. Ketika lahir, semua manusia itu sama keadaannya, pendidikanlah yang membentuk diri manusia. Menurut aliran ini, manusia hanyalah merupakan makhluk kebiasaan belaka, karena sang pendidikan dengan sesuka hati bisa memengaruhi refleks-refleks anak didiknya dalam membentuk perilaku dan kebiasaan-kebiasaannya.

    1. Pandangan Psikologi Kognitif
    Psikologi kognitif menempatkan manusia sebagai makhluk yang bereaksi secara aktif terhadap lingkungannya dengan cara berpikir. Manusia berusaha memahami lingkungan yang dihadapinya dan merespons dengan pikiran yang dimilikinya. Psikologi kognitif mempelajari bagaimana arus informasi yang ditangkap oleh indra diperoses dalam jiwa seseorang sebelum diendapkan dala kesadaran atau diwujudkan dalam bentuk tingkah laku.
    Konsepsi manusia sebagai pengolah informasi (the person as information processor) adalah periaku manusia yang dipandang sebagai produk strategi pengolahan informasi yang rasional yang mengarah pada penyediaan, penyimpanan, dan pemanggilan informasi yang digunakannya untuk memecahkan persoalan. Dalam konsep ini, manusia menjadi orang yang secara sadar memecahkan persoalan. Karenanya, manusia menurut teori kognitif disebut sebagai “homo sapiens” yakni manusia yang berpikir.

    1. Pandangan Psikologi Humanistik
    Dalam pandangan behaviorisme, manusia hanyalah mesin yang dibentuk oleh lingkungan, sedangkan pada psikoanalisis manusia sangat dipengaruhi oleh naluri primitifnya. Kedua aliran tersebut tidak dapat menjawab dan menyelesaikan aspek eksistensi manusia yang positif dan menentukan, seperti cinta, kreativitas, nilai dan pertumbuhan pribadi.
    Carl Rogers (bapak psikologis humanistik) memberikan gambaran besar pandangan psikologis humanistik:
      1. Setiap manusia hidup dalam pengalaman yang bersifat pribadi di mana dia, sang aku, atau diriku menjadi pusat. Perilaku manusia berpusat pada konsep diri, yaitu persepsi manusia tentang identitas diri yang bersifat fleksibel dan berubah-ubah yang muncul dari suatu medan fenomenal (fenomenal field). Keseluruhan pengalaman subjektif seseorang yang terdiri dari pengalaman-pengalaman perilaku untuk mempertahankan, meningkatkan dan mengaktualisasikan diri
      2. Individu bereaksi pada situasi sesuai dengan persepsi tentang dirnya dan dunianya, ia bereaksi pada “realita” seperti yang dipersepsikan olehnya, dan dengan cara yang sesuai dengan konsep dirinya.
      3. Anggapan adanya ancaman terhadap dirinya akan diikuti oleh pertahanan diri berupa penyempitan dan pengakuan persepsi dan perilaku, penyesuaian serta penggunaan mekanisme pertahanan ego, seperti rasionalisasi.
      4. Kecenderungan batiniah manusia menuju kesehatan dan keutuhan diri. Dalam kondisi yang normal ia berperilaku rasional dan konstruktif serta memilih jalan menuju pengembangan dan aktualisasi.

    1. Konsep Manusia Menurut Islam
    Hakekat Manusia
    Pembahasan tentang hakekat manusia dan kedudukannya di alam ini mendapatkan perhatian yang begitu luas baik dari kalangan filsuf, mistikus (sufi) atau pun dari kalangan sarjana Islam lainnya
    Sesungguhnya pengetahuan manusia tentang makhluk hidup dan manusia khususnya belum lagi mencapai kemajuan seperti yang telah dicapai dalam bidang-bidang ilmu pengetahuan lainnya. Manusia adalah mahluk yang kompleks, sehingga tidaklah mudah untuk mendapatkan satu gambaran untuknya. Tidak ada satu cara untuk memahami mahluk ini dalam keadaan secara utuh maupun dalam bagian-bagiannya. Tidak juga dalam memahami hubungannya dengan alam sekitarnya.
    Untuk memahami hakekat manusia, beberapa sarjana merumuskan beberapa pendekatan. Pertama, mempelajari dan menyelidiki manusia dalam hakekatnya yang murni dan esensial. Pendekatan ini lebih banyak dilakukan oleh para psikolog filsuf, dan teolog. Kedua, melalui pendekatan ideologis dan spiritual yang mengatur tindakan manusia yang memengaruhi dan membentuk personalitasnya, ini adalah pendekatan yang dilakukan oleh ahli moral, tasawuf dan sosiologi. Ketiga, mengalami konsep tentang manusia dari penyelidikan tentang lembaga-lembaga etika dan yuridis yang telah terbentuk dari pengalaman-pengalaman sejarah yang dihormati, oleh karena lembaga-lembaga tersebut telah dapat melindungi manusia, pendekatan itu dilakukan oleh ahli hukum dan sejarah

    Ditulis Oleh : IMM Tarbiyah ~IMM Komisariat Dakwah

    IMM.Dakwah Anda sedang membaca artikel berjudul Konsep Manusia Menurut Psikologi.

    Ditulis oleh IMM Komisariat Dakwah.

    Silahkan manfaatkan dengan bijak.

    Blog, Updated at: 09.22