BAB
I
PENDAHULUAN
Manusia
adalah makhluk ciptaan Allah,
ia tidak muncul dengan sendirinya seperti yang telah tertulis dalam
al-Quran surat al-Alaq ayat 2yang menjelaskan bahwa manusia itu
diciptakan oleh Allah dari segumpal darah;Al-Quran surat ai-Thariq
ayat 5 menjelaskan bahwa manusia dijadikan oleh Allah;Ai-Quran surat
al-Rahman ayat 3 menjelaskan bahwa Al-Rahman (Allah) itulah yang
menciptakan manusia.Masih banyak lagi ayat-ayat Al-Quran yng
menjelaskan bahwa yang menjadikan manusia adalah Tuhan.
Manusia
diturunkan kebumi ini bukanlah hanya sebagai penghias atau pelengkap
dibumi semata,tapi manusia sesungguhnya mempunyai kedudukan,peran dan
tugas yang telah melekat padanya yang terbawa sejak ia lahir kedunia
yang luar biasa ini.Salah satu perannya adalah manusia sebagai
khalifah dibumi.Manusia telah dipilih oleh Allah untuk melaksanakan
tanggung jawab sebagai seorang khalifah dibumi,karena manusia
merupakan makhluk yang paling istimewa dibanding dengan
makhluk-makhluk yang lainnya.Mereka dipilih untuk menyelesaikan
persoalan-persoalan yang ada dengan cara-cara mereka sendiri dan
tanpa melepas tanggung jawab.
Dalam
hal ini saya mencoba menuangkan dalam bentuk makalah yang berjudul
“TANGGUNG JAWAB MANUSIA SEBAGAI KHALIFAH DIBUMI” dengan harapan
semoga makalah ini dapat menambah keimanan dan keilmuan kita baik
didunia maupun diakhirat kelak. Amin.
BAB
II
PEMBAHASAN
- Pengertian Khalifah
Khalifah
dan khulafa (jamak) secara bahasa artinya wakil atau pengganti atau
orang yang menggantikan orang yang sebelumnya.Al-Quran menyebut kata
khalifah dalam surat al-Baqarah :30 dan shad :26, khulafa' (3 kali :
al-A'raf : 69,74 ; an-Naml :62), khalaifa (4 kali : al-An-am :145 ;
Yunus :14,73 ; fathir : 39) dan masih banyak ayat yang lain yang
menyatakan kata bentuknya. Semua dinyatakan dalam arti bahasa,
yakni pengganti yang menggantikan umat atau pemimpin terdahulu;
menggantikan malaikat untuk mengurus bumi atau mendapat amanah dari
Allah untuk mengelola bumi.
Menurut
istilah yang lebih khusus lagi pada kekuasaan, berarti orang yang
dipilih oleh jama'ah menjadi pemimpin mereka. Khalifah menurut
sejarah ialah kepala pemerintahan islam pada zaman sahabat, yaitu
dengan bai'at sebagai pernyataan setia dari penduduknya dengan jalan
pilihan. Sesudah masa sahabat, sebutan khalifah di pergunakan untuk
sebutan kepala pemerintahan tetapi tidak melalui pilihan (kerajaan).
Dulu pada saat Abu Bakar As-Shiddiq menjadi pemimpin umat islam,
beliau disebut khalifah (pengganti) dari Rasulillah.Lalu ketika Umar
ra menggantikan, beliau disebut khalifat-khalifat Rasulillah
(pengganti dari pengganti Rasulillah).
Karena
gelar ini terlalu panjang, akhirnya Umar ra berinisiatif mengganti
gelar itu menjadi Amirul Mukminin (Pemimpin orang-orang mukmin).
Semua manusian yang diciptakan Allah di muka bumi adalah khalifah
Allah atau pengganti makhluk Tuhan untuk melaksanakan amanah Tuhan
sebagai pengelola bumi ini.Allah memberikan amanah kepada semua
manusia (khulafa) untuk membangun bumi ini ; bukan kepada Malaikat,
Jin, Hewan, Gunung, Langit dan lain sebagainya walaupun mereka juga
ciptaan Allah. "(QS.33:72). Manusialah yang sanggup memegang
amanah itu karena potensi yang dimiliki oleh manusia.
- Manusia Sebagai Khalifah Allah
Antara
anugrah Allah kepada manusia ialah pemilihan manusia menjadi khalifah
atau wakilnya dibumi. Dengan dipilihnya manusia menjadi khalifah, ia
mempunyai kewajiban yang harus ditegakan diantaranya kewajiban
menegakan kebenaran, kebaikan, mewujudkan perdamaian, menghapus
kemungkaran serta penyelewengan dan penyimpangan dari jalan Allah.
Kewajiban-kewajiban tersebut akan dimintai tanggung jawabnya kelak
oleh Allah. Apabila pengakuan terhadap kenyataan dan hakikat wujudnya
hari pembalasan telah dibuat maka tugas yang diwajibkan keatas
dirinya perlu dilaksanakan.
Dikalangan
makhluk ciptaan Allah,manusia telah dipilih oleh Allah melaksanakan
tanggungjawab tersebut.Ini sudah tentu karena manusia merupakan
makhluk yang paling istimewa. Firman Allah yang artinya :
"Sesungguhnya
kami telah kemukakan tanggung jawab mamanah (kami) kepada langit dan
bumi serta gunung-gunung (untuk memikulnya), maka mereka enggan
memikulnya dan bimbang tidak dapat menyempurnakan (karena tidak ada
pada mereka persediaan untuk memikulnya); dan (pada ketika itu)
manusia (dengan persediaan yang ada padanya) sanggup
memikulnya.(Ingatlah) sesungguhnya tabiat kebanyakan manusia adalah
suka melakukan kezaliman dan suka pula membuat perkara-perkara yang
tidak patut dikerjakan."
(Al-Ahzab:72)
- Tanggung Jawab Manusia Sebagai Khalifah Di Era Moderen
Allah
SWT dengan kehendak kebijaksanaan-Nya telah menciptakan
makhluk-makhluk yang ditempatkan di alam penciptaan-Nya.
Sebagai khalifah tanggung jawab manusia adalah sangat luas didalam
kehidupannya, meliputi semua keadaan dan tugas yang ditentukan
kepadanya.
Di
zaman serba modern ini tanggung jawab manusia khususnya sebagai
khalifah hampir semua orang meninggalkannya. Manusia melupakan tugas
dan tanggung jawab dari aslinya dengan membengkokon kearah-arah yang
negatif.
Manusia
dalam melakukan kerja kebudayaan memiliki kebebasan untuk memilih dan
menentukan diantara berbagai macam kemungkinan.
Tetapi kebebasan itu tidak bebes begitu saja,dalam artian bebas dalam
batas tertentu terhadap hak orang lain. Kondisi ini digambarkan pada
masa lalu,terdapat rebutan lahan diantara dua penguasa. Mereka
mempermasalahkan batas wilayah yang tidak henti-hentinya. Thomas
Hobbes menyebutnya sebagai homo
homini lopus,
artinya manusia adalah serigala bagi manusai yang lain. Persoalan
rebutan wilayah itu mungkin kalau sekarang seperti persoalan antara
Israel dan Palestina yang selalu bermusuhan karena berebutan wilayah.
Hal
tersebut dapat terjadi karena tanggung jawa manusia sebagai
khalifah/pemimpin telah musnah.
Mereka hanya mementingkan kepentingan pribadi, tidak peduli lagi akan
tanggung jawab sebagai seorang khalifah, tidak peduli akan kebenaran
kebaikan, mewujudkan kedamaian, menghapus kemungkaran serta
penyelewengan dan penyimpangan dari jalan Allah.
Pemanfaatan
tekhnologi sekarangpun telah banyak membelok dari fungsi aslinya,
yakni dari fungsi aslinya tekhnologi itu dipergunakan untuk
memecahkan masalah yang lahir dalam kehidupan,sebagai sarana atau
aktifitas yang denganya manusia berusaha mengubah atau menangani
lingkungan,sebagai sarana untuk mencapai tujuan-tujuan praktis yang
bersifat positif. Sebagai sarana untuk mempermudah manusia melakukan
tugasnya,misalnya:
- Dengan tekhnologi modern, dari tekhnik mengendalikan aliran air sungai petani mendapatkan kemudahan dalam memperoleh air. Bendungan dapat dimanfaatkan untuk pembangkit tenaga listrik. Alat rumah tangga elektronik mempermudah ibu-ibu rumah tangga dalam melaksanakan tugasnya.
- Dengan tekhnik modern dapat dibuat bermacam-macam media pendidikan, seperti, slide, film setrip, TV dan lain-lain yang dapat mempermudah para pendidik dalam melaksanakan tugasnya.
Pengetahuan
dan tekhnologi
memungkinkan terjadinya perkembangan ketrampilan dan kecerdasan
manusia. Hal ini karena dangan perkembangan ilmu pengetahuan dan
tekhnologi memungkinkan:
- Tersedianya sarana dan prasarana penunjang kegiatan ilmiah.
- Meningkatnya kemakmuran materi dan kesehatan masyarakat.
Fungsi
hakekat tekhnologi tersebut telah banyak yang pensiun, meski banyak
pula yang berjalan sesuai mestinya. Tekhnologi yang pensiun atau
berubah dari hakekat fungsinya, misalnya adalah pembuatan nuklir,
meledaknya bom atom di Hirosima dan Nagasaki pada tanggal 6 dan 8
Agustus 1945 mengakhiri perang dunia ll. Akibat bom atom korban
manusia sipil yang cacat seumur hidup dan hangus menjadi abu dalam
sekejap lingkungan alam hancur. Sampai saat ini jatuhnya bom atom di
Hirosima dan Nagasaki selalu diperingati sebagai peringatan akan
bahaya tekhnologi atom bagi umat manusia. Itulah akibat dari
melalaikan tanggung jawab manusia.
- Tanggung Jawab Manusia Sebagai Khalifah Bila Dihubungkan Dengan Transisi Demokrasi Di Indonesia.
Munculnya
berbagai kerusuhan sosial selama masa transisi akibat tindakan yang
tidak bertanggung jawab mengecilkan harapan akan berlangsungnya
proses demokratisasi dapat berjalan dengan lancar.
Proses peralihan kekuasaan dari Soeharto ke Habibie mengakibatkan
terjadinya konsolidasi politik yang sangat kuat diantara berbagai
kelompok kepentingan yang ada dalam masyarakat. Hal ini menimbulkan
rejuvenasi politik aliran yang sangat menonjol. Banyak pendirian
partai yang didasarkan pada aliran dan kepercayaan agama tertentu,
sehingga hal ini berimplikasi pada lahirnya kekuatan politik yang
tidak mampu membentuk eksekutif yang dapat merumuskan dan
mengimplementasikan sejumlah kebijakan publik.
Sesuatu
yang tidak mustahil kalau kemudian masyarakat Indonesia melewati masa
transisi ini menghadapi kesulitan menciptakan sebuah demokrasi yang
stabil disebabkan begitu meluasnya konsolidasi kekuasaan yang ada ,
termasuk dari kekuatan lama Orde Baru. Salah satu variabel yang
sangat menentukan dalam uraian ini adalah adanya pemilihan sosial
yang cenderung bersifat kumulatif atau konsolidatif (commulative or
consolidated social cleavages). Hal ini terlihat pada adanya
kecenderungan yang sangat tinggi untuk melakukan mobilisasi massa
dengan menggunakan politik aliran. Agama merupakan sumber mobilisasi
sosisl dan politik yang sangat strategis dan efektif.
Dalam
konteks masyarakat indonesia,
isu agama menyentuh sentimen paling mendasar, sehingga agama mudah
dipergunakan sebagai modal partai politik untuk memperoleh simpati
masa pendukung. Hal tersebut sangat bertentangan dengan prinsip
seorang khalifah yang selalu mengemban tanggung jawab dengan ikhlas,
tidak memperjual belikan agama dan memanfaatkannya untuk kepentingan
partai politik.
Walaupun
al-Quranul karim telah memberitau tugas dan tanggung jawab manusia
dibumi ini dan diberitahukan
mereka yang menunaikan tanggung jawab akan masuk surga, manakala yang
tidak bertanggung jawab masuk neraka, namun tidak semua manusia
percaya semua ini serta beriman dengannya. Bahkan yang percaya dan
beriman dengannyapun karena tidak mampu melawan nafsu serta mempunyai
kepentingan, kepentingan pribadi, ramai yang tidak dapat benar-benar
memperhambakan diri kepada Allah dan gagal menjadi khalifah-Nya yang
mentadbir dan mengurus dunia ini dengan syarat-Nya. Karena itulah
Allah ta'ala berfirman dalam surat saba:13 yang artinya;
“Sedikit
sekali dari hamba-hambaKu yang bersyukur”
Keoptimalan
manusia sebagai khalifah akan tercapai dibumi dengan sempurna apabila
manusia dapat memanfaatkan segala pikiran hebatnya yang dianugrahkan
oleh Allah SWT, dengan menciptakan teknologi yang canggih yang
berdasar nilai-nilai keillahian (sifat-sifat Allah Asmaul Husna) dan
keislaman dengan kemampuan seni, mengatur keseimbangan potensi alam
dan lainnya dengan dipimpin oleh seorang khalifah yang robbani
yang
memerintah berdasar syariat islam. Apabila hal-hal tersebut tidak
tercapai seluruhnya maka tidak tercapai keoptimalisasian peran
kekhalifahan manusia. Walaupun terjadi maka hal tersebut belum dan
tidak maksimal. Jadi pada dasarnya setiap umat manusia mengemban
tugas yang maha penting untuk memerintahkan kekhalifan di bumi
BAB
III
PENUTUP
Sebagai
mahluk yang dibekali dengan berbagai kelebihan jika dibandingkan
dengan mahluk lain, sudah sepatutnya manusia mensyukuri anugerah
tersebut dengan berbagai cara, diantaranya dengan memaksimalkan semua
potensi yang ada dalam diri kita. Kita juga dituntut untuk terus
mengembangkan potensi tersebut dalam rangka mewujudkan tugas dan
tanggung jawab manusia sebagai khalifah di bumi.
Pemanfaatan
ilmu pengetahuan dan tehnologi tentulah dipergunakan sebaik mungkin,
dengan catatan tidak melebihi ambang batas, sebab sesuatu yang
sifatnya berlebihan itu tidak baik. Begitu juga dengan pemanfaatan
IPTEK, pemanfaatan IPTEK yang melebihi angka wajar ia akan menjadi
penghancur yang sangat kuat, baik itu pada moral-moral anak bangsa,
pada lingkungan hidup dan sebagainya.
DAFTAR
PUSTAKA
www.mukhlisfahruddin.web.id/.../makna-turunnya-manusia-ke-bumi.html
diakses pada 5 Januari 2010
Haryono
P, 2009. Ilmu
Sosial dan Budaya Dasar, Semarang
: Mutiara Wacana
Yaqin,
Haqqul, 2009, Agama
dan Kekerasan dalam Transisi Demokrasi di Indonesi, Yogyakarta
: ELSAQ Press
“Isu Agama Menyentuh Elemen
Paling Mendasar” , KOMPAS, 1 Juli 2002
Gaffar,
Atan, Politik
Indonesia