Judul Buku : Dakwah Islam Dengan Pembangunan Masyarakat Desa (Peranan Pesantren dalam Pembangunan)
Penulis
: Prof .Dr.H.A.surjadi, M.A.
Peneribit
: Mandar Maju, Bandung
Cetakan
: IV. 2005
Tebal
: xiv + 310 halaman
Pembangunan masyarakat desa adalah suatu proses dimana anggota
masyarakat desa pertama-tama mendiskusikan dan menentukan keinginan
mereka. Kemudian merencanakan dan mengerjakan bersama untuk memenuhi
keinginan mereka tersebut.
Mengapa usaha-usaha pembangunan masyarakat desa itu dilaksanakan
secara integrasi dengan da’wah Islam? Mengenai hal itu secara garis
besar dapat dikemukakan sebagai berikut :
- Islam mempunyai ajaran-ajaran yang kalau diterapkan akan menjamin terhapusnya mentalita masyarakat. Islam mengajar umatnya untuk mempunyai harga diri yang tinggi. Setiap manusia adalah sama, yang mulia disisi Allah adalah orang yang paling taqwa kepada-Nya. Islam mengajarkan agar pengikut-pengikutnya taat kepada Allah, kepada Rasul-Nya dan kepada para pemimpin selama pemimpin itu berada dalam garis-garis yang dibenarkan Islam. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Abu Bakar: “Taatilah aku selama aku taat kepada Allah dan Rasulnya tetapi bila aku durhaka kepada Allah dan Rasulnya” maka tidak ada ketaatan atas kamu kepadaku. Penerapan ajaran ini menjamin setiap muslim mempunyai pribadi dan harga diri yang tinggi yang sanggup menyatakan pendapatnya dan berani mengontrol pemimpinnya dalam setiap gerak langkah memimpin umatnya. Pribadi yang tidak takut, tidak sumuhun dawuh kepada para pemimpinnya.
- Di atas dasar persamaan setiap manusia itu Islam mengajarkan bahwa orang-orang mu’min itu bersaudara yang dipertegas lagi oleh hadits yang artinya: ”Belum sempurna iman seseorang diantara kamu, sebelum ia mengasihi saudaranya sebagaimana ia mengasihi dirinya sendiri. Penerapannya menjamin tidak akan terjadi penekanan, penghisapan, pemerkosaan hak asasi manusia, baik ia sebagai pemimpin ataupun bukan. Kelaparanpun tidak akan terjadi karena setiap orang mengasihi, sayang menyanyangi baik ia kaya atau miskin. Persaudaraan ini diperkokoh lagi oleh hadits yang artinya :”Di kampung halaman mana saja terdapat kelaparan, maka jaminan Allah telah dihapuskan dari penduduknya.(Musnad Ahmad).
- Islam mengajarkan gotong-royong. Suasana kasih mengasihi itu ditingkatkan kepada suasana kegotong-royongan. gotong-royong dalam berbuat kebajikan dan taqwa dan bukan gotong-royong berbuat dosa dan permusuhan (al-Maidah: 2). Islam mengajarkan agar pengikutnya jangan berbantah-bantah atau bertentangan, sebab nanti menjadi gagal dan hilang kekuatan. Dan untuk menjaga persatuan dan kesatuan serta gotong-royongan itu diwajibkan berpegang kepada tali Allah (kitab Allah) dan jangan bercerai berai.
penerapan ajaran-ajaran tersebut menjamin terhapusnya desinterasi
umat dan menjamin terwujudnya integrasi umat Islam.
- Keadaan tersebut kemudian ditingkatkan kepada usaha pengembangan sebagaimana yang ditegaskan oleh firman Allah, bahwa sesungguhnya Allah tidak merubah apa-apa yang ada pada suatu kaum sehingga kaum itu sendiri merubah apa-apa yang ada pada dirinya.(Ar-Radu: 11). Ayat ini mencerminkan kegotong-royongan, usaha bersama merubah sesuatu yang ada pada suatu masyarakat (kaum). Dan inilah yang dikehendaki pembangunan masyarakat. Di pihak lain ada hadits yang menyuruh manusia bekerja untuk keduniaan seolah-olah akan hidup selamanya dan beramal untuk akhirat seperti akan mati besok. Penerapan ajaran ini menjamin terwujudnya masyarakat yang dinamis, yang “an ever increasing standard of living”.
- Islam mewajibkan umatnya untuk mencari ilmu sejak dari buaian hingga keliling lahat, dimana saja ilmu itu berada sekalipun orang-orang yang sangat jauh. Bahkan Allah menjamin mengangkat orang-orang yang beriman dan berilmu pengetahuan beberapa derajat. Penerapan ajaran ini menjamin setiap orang mesti pandai tidak mandeg dan tertinggal zaman, tidak statis dan stagnasi. Masyarakat dijamin lincah berkembang dan maju terus dan bahkan memimpin perkembangan tersebut.
- Yang penting adalah Islam mengajaran bahwa setiap muslim itu adalah mengemban amanat ibadah yaitu sebagai hamba Allah hanyalah harus tunduk, patuh, taat, dan berbakti kepada Allah SWT dan pengemban amanat khilafah (perwakilan), yaitu bahwa manusia adalah khalifah dimuka bumi yang harus membina kemakmuran, peradaban dan kebudayaan berdasarkan aturan-aturan Tuhan dimuka Bumi.
- Tujuan tugas manusia sebagai khalifah adalah membina Baldatun Thajjibatun wa Rabbun Ahfur masyarakat yang adil makmur dan sejahtera yang diridhai Allah SWT. Pelaksanaan amanat ini menjamin terlaksananya pembangunan yang “on going process” dan meningkat terus yang bergelombang terus tanpa henti-hentinya. Masyarakat yang dinamis sesuai dengan zaman dan memimpin zaman.
Adapun metode yang dipakai dalam pembangunan masyarakat antara lain
:
- Kontak langsung (Direct Contact)
Yang dimaksud adalah hubungan yang langsung berhadapan (face to
face relation) dengan orang-orang desa secara individual
maupun dalam kelompok. Hal yang paling penting yang harus diingat
selalu dalam mempergunakan metode ini ialah sesuatu yang khusus
yang ingin disampaikan.
Empat tujuan yang harus dicamkan oleh para petugas di dalam
mempergunakan metode ini ialah :
- Bertujuan menemukan kapada siapa orang-orang desa menganggap pemimpin serta apa alasan dan tujuannya.
- Bertujuan untuk menjelaskan program pembangunan masyarakat yang digariskan oleh pemerintah.
- Bertujuan minat oarang-orang desa
- Bertujuan belajar dari orang-orang desa apa yang mereka anggap sebagai masalah-masalahnya dan bagaimana perhatian mereka untuk mengatasinya.
- Demonstrasi Hasil
Orang-orang desa adalah sama dengan orang-orang dimanapun juga bahwa
mereka mengerjakan apa yang mereka kerjakan dan mereka mengerjakannya
dalam cara-cara yang mereka kerjakan. Hal ini disebabkan terutama
karena mereka tahu hasil apa yang bisa diharapkan bila mereka
mengikuti cara-cara tradisional yang telah mereka kuasai se jak
masa lampau.
Para petugas harus memahami bahwa penduduk desa bekerja atas dasar
pengalamannya dan pengalamannya itu biasanya terbatas pada
cara-cara mengerjakan dan cara berfikir di desanya. Dilain pihak
petugas bermaksud merubah cara-cara tradisional dalam bekerja dan
berfikir. Di dalam mengembangkan kondisi-kondisi desa petugas harus
berfikir hati-hati tentang bagaimana menolong orang-orang itu
mengadakan perubahan, dan lebih berhati-hati lagi membimbing mereka
dalam mengadakan perubahan itu a gar memperoleh pengalaman yang
menyenangkan dengan cara-cara baru itu, hingga meninggalkan cara
tradisional.
- Demonstrasi Metode (Proses)
Yang dimaksud dengan demontrasi metode adalah memperlihatkan kepada
yang lain bagaimana memperkembangkan sesuatu yang mereka kerjakan
sekarang atau mengajari mereka bagaiman membeli alat pertanian yang
baru yang belum pernah ia kenal. Dan petugas pertanianpun
pertama-tama mempertunjukan kepadanya bagaimana cara mempergunakannya
dan kemudian membantu dia sehingga ia sendiri dapat mempergunakannya
untuk selanjutnya, maka demontrasi metodepun telah berhasil
dilaksanakan.
- Bekerja dengan pemimpin-pemimpin Desa
Salah satu program pembangunan masyarakat desa ialah mengembangkan
dan memajukan program milik masyarakat itu sendiri, maka dengan
demikian mengembangkan dan melatih kemampuan pemimpin-pemimpin desa
dalam berbagai bidang dan hubungan kerja sama yang efektif dengan
mereka adalah penting sekali.
Pengalaman dari pelaksanaan pembangunan masyarakat desa di seluruh
dunia sampai kesimpulan bahwa salah satu metode yang sangat penting
ialah bekerja dengan pemimpin-pemimpin desa. Baik ataupun jelek,
progresif ataupun konservatif. Justru pemimpin-pemimpin inilah yang
menentukan dan membimbing cara berfikir dan bertindak masyarakat
desa. Semua kelompok orang desa, baik yang formil maupun yang
informil, fungsinya justru dipegang oleh pemimpin-pemimpin kelompok
uanh dikenal itu.
- Aksi Kelompok (Group action)
Para petugas, khususnya yang bertugas di desa-desa. Hendaknya
memahami sejak mulanya bahwa kebanyakan masalah-masalah desa itu
dapat di pecahkan hanya dengan usaha-usaha kelompok. Pengalaman
menunjukkan dengan jelas bahwa mutlak harus dimiliki badan-badan
organisasi yang meluas untuk mensponsori dan membimbing pelaksanaan
pembangunan. Andaikan hanya ada sebuah organisisasi untuk
mensponsori program itu. Maka berbagai kegiatan iru cenderung
disponsori untuk para petugas dan hasilnya tentu saja tidak dilihat
sebagai karya masyarakat desa,
- Alat peraga (Visual Aids)
Para petugas hendaknya mempergunakan alat-alat peraga sebagai metode
yang paling bermanfaat dan efisiensi dalam, pertama, menarik
perhatian penduduk desa dan kedua, untuk menjelaskan suatu hal, atau
mem bawakan suatu cerita. Ada beberapa media alat peraga yang harus
diketahui oleh para petugas, anatara lain : Potograf, Poster, Papan
Slides, Papan Buletin, Flash Card, Flanelgraf, Boneka atau Wayang,
dan dalam lingkungan yang bagaimanakah metode-metode alat-alat peraga
itu dapat di pergunakan sebaik-baiknya dan bagaimana mempergunakannya
masing-masing.
Buku Da’wah Islam dengan pembangunan masyarakat desa ini menyajikan
program pembangunan masyarakat desa berdasar Al-Qur’an dan
As-Sunnah. Dan juga menyajikan konsep dan program da’wah Islam
(pembangunan) untuk pesantren. Hal ini tidak berarti bahwa pesantren
tidak perlu berpartisipasi dalam program se belumnya. Disini
pesantren diharapkan dapat memiliki program-program atas dasar :
- Kemampuan SDM
- Bantuan dari instansi-instansi pemerintah terkait
- Dukungan masyarakat setempat
- SDA yang tersedia dan bisa diadakan
- Manfaat besar bagi masyarakat setempat
- Dana yang bisa diusahakan
- Pemasaran (marketing) produk yang prospektif atau menjanjikan (untuk program income generating skills).
Generasi muda desa banyak yang masuk sekolah tinggi dan menyumbangkan
pikirannya untuk kemajuan desanya. Itulah gambaran visi dan misi
penduduk desa yang berswadaya bergotong royong dengan dipelopori
pesantren dan santrinya, yang kini desa itu telah mencapai
“self-propelling growth”.
Kehadiran buku Prof. DR.H.A. Surjadi, M.A. Ini penyajiannya sangat
komplek tentang pembangunan masyarakat desa dengan integrasi da’wah
Islam serta mengikut sertakan peranan pesantren didalamnya. Hal ini
membuka jendela bagi para santri khususnya dan umat Islam pada
umumnya, untuk melakukan usaha-usaha pembangunan desa sabagai
realisasi ajaran Islam. Dengan adanya buku ini maka diharapkan
pesantren dan santri bisa melakukan dakwah hal-hal dan tentunya
da’wah dengan pembangunan. Hal ini sangat signifikan pada saat
jumlah penemu karya mulai meningkat jumlahnya begitu pula halnya
dengan kaum dhua’fa. Jadi buku ini bermanfaat bagi usaha-usaha
pembangunan, khusunya pembangunan masyarakat desa.