- Pendahuluan
Pada saat kondisi politik, sosial,
ekonomi, dan agama baik dibarat maupun ditimur sangat kacau, kemudian
lahirlah tokoh besar sepanjang masa yang membangun kekuatan Islam
diantara dua kekuasaan besar dunia di Jazirah Arab sebagai sebagai
rahmatan lil ‘alamin yaitu Nabi Muhammad SAW. Telah
disebutkan, bahwa masyarakat Arab penuh dengan masa kegelapan
termasuk mereka yang menyembah berhala buatan mereka sendiri. Sebelum
Muhammad menajadi Nabi , dihiasi dengan sifat-sifat terpuji dan
bersih dari sifat-sifat tercela.
Sepeninggal Nabi Muhammad SAW. kepemimpinan di
ganti oleh para khalifah-khalifah, dan pada masa ini terjadi banyak
sekali permasalahan-permasalahan yang muncul. Setelah khalifah
terakhir wafat yaitu Ali bin Abi Thalib, mulailah peradaban baru
muncul salah satunya ialah Daulah Umayah
Daulah
umayah berasal dari nama Umaiyah Ibnu ‘Abdi Syams Ibnu ‘Abdi
Manaf, yaitu salah seorang dari pemimpin-pemimpin kabilah
Quraisy zaman jahiliyah,
Umaiyah ini senang tiasa bersaing dengan pamannya Hasyim Ibnu Abdi
Manaf untuk merebut pemimpin dan kehormatan dalam bangsanya. Sesudah
agama Islam datang maka berubahlah hubungan antara Bany Umaiyah
dengan saudara-saudara sepupu mereka Bani Hasyim.
Persaingan-persaingan untuk merebut kehormatan dan kekuasaan tadi
berubah sifatnya menjadi permusuhan yang lebih nyata. Bani Umaiyah
menentang Rasulullah atas usaha-usaha beliau untuk mengembangkan
agama Islam. Umaiyah barulah masuk islam setelah mereka tidak
menemukan jalan lain selain memasukinya, yaitu ketika Nabi Muhammad
SAW. Bersama beribu-ribu pengikutnya yang benar-benar percaya pada
kerasulan dan pemimpinannya menyerbu masuk Mekah.
Pada
makalah ini kami akan membahas tentang sistem pemerintahan Bani
Umayah, yang telah mengganti dari sistem demokrasi menjadi sistem
monarki absolut atau sistem kerajaan.
- Pembahasan
- Sejarah Berdirinya Daulah Umayah
Setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW. kekhalifahan islam dipegang oleh
Abu Bakar as-Sidiq dan Bani Umaiyah (Bani umaiyah lahir pada tahun 22
H/643 M, pendirinya adalah Muawiyah Ibn Abu Sufyan
Ibn Harb) merasa bahwa kelas mereka di bawah kelas kaum
Anshar dan Muhajirin. Mereka harus menunjukkan perjuangan mereka
dalam membela islam ,untuk memiliki kelas yang setingkat. Ketika Umar
bin Khattab menjadi khalifah,mereka dikirim ke Suriah untuk berperang
melawan Bizantium. Atas jasanya,Yazid bin Abu Sufyan diangkat menjadi
gubernur disana.
Pada masa pemerintahan Utsman bin Affan,Muawiyah bin Abu Sufyan
diangkat menjadi gubernur di Suriah menggantikan saudaranya. Selain
itu,Bani Umaiyah menjadi penguasa disana.
Pada masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib merupakan awal dari
kehancuran umat islam. Hal ini dikarenakan Muawiyah bin Abu Sufyan
merasa tidak puas dengan kebijaksanaan Khalifah Ali bin Abi Thalib
ketika menangani kasus pembunuhan Usman bin Affan. Golongan ini
merasa sangat kecewa dengan pengangkatan Ali bin Abi Thalib sebagai
khalifah.Akhirnya perselisihan ini memuncak menjadi Perang Jamal.
Pereselisihan antara pihak Ali bin Abi Thalib dengan pihak
Muawiyah tidak berakhir sampai disitu,akan tetapi perselisihan ini
memuncak menjadi Perang Shiffin. Dalam perang itu terjadi
peristiwa Tahkim atau Arbitrase.akan tetapi peristiwa ini
memunculkan satu golongan yang disebut dengan golongan Khawarij.
Golongan ini adalah orang-orang yang kecewa dengan peristiwa Tahkim
tersebut dari pihak Ali bin Abi Thalib.
Ali bin Abi Thalib pun dibunuh oleh salah seorang
dari kelompok Khawarij tersebut pada tahun 661 M. Meninggalnya Ali
bin Abi Thalib membuat Muawiyah mengumumkan dirinya sebagai khalifah
yang baru dengan berpusat di Damaskus,Suriah. Akan
tetapi,Hasan bin Ali,putra Ali bin Abin Abi Thalib,tidak mau
mengakuinya. Hal ini mulai menyulut pertentangan dikalangan umat
Islam. Akhirnya
Hasan bin Ali membuat perjanjian damai dengan Muawiyah bin Abu
Sufyan. Peristiwa ini dikenal dengan Aumul Jama'ah dan terjadi
pada tahun 41 atau 661 M.
Perjanjian itu dapat mempersatukan kembali umat Islam dalam suatu
kepemimpinan politik,dibawah Muawiyah bin Abu Sufyan. Di sisi lain
perjanjian itu menyebabkan Muawiyah menjadi penguasa absolute dalam
islam. Dinasti Umaiyah berkuasa hampir satu
abad, atau selama 90 tahun,dengan empat
belas khalifah.1
Sepeninggal Ali Ibn Abi Talib, Gubernur Syam
tampil sebagai penguasa Islam yang kuat. Masa kekuasaannya merupakan
awal kedaulatan Bani Umaiyah. Muawiyah Ibn Abu Sufyan Ibn Harb adalah
pembangun Dinasti Umaiyah dan sekaligus menjadi khalifah pertama. Ia
memindahkan ibukota kekuasaan Islam dari Kufah ke Damascus.2
- Sistem Pemerintahan Baru Islam
Sistem pemerintahan Islam merupakan sistem yang
menjelaskan bentuk, sifat, dasar, pilar, struktur, asas yang menjadi
landasan, pemikiran, konsep serta standar-standar yang di pergunakan
untuk melayani kepentingan-kepentingan umat, serta undang-undang
dasar dan perundang-undangan yang diberlakukan.
Inilah sistem yang khas dan unik bagi sebuah
negara yang unik, yang berbeda dengan semua sistem pemerintahan
manapun yang ada di dunia dengan perbedaan yang mendasar. Baik dari
segi asas yang dipergunakan sebagai landasan sistem tersebut, atau
dari segi pemikiran, konsep serta standar yang dipergunakan untuk
melayani kepentingan umat, atau dari segi bentuk yang terlukis dari
sana, maupun undanh-undang dasar serta perundang-undangan yang di
berlakukannya.3
Pemerintahan Dinasti Umayah yang didirikan oleh
Mu’awiyah tidak hanya peralihan kekuasaan , namun membawa perubahan
prinsip dasar dan ajaran permusyawaratan Islalm. Selama masa
pemerintahan khulafa’al-rasyidin khalifah di pilih oleh para pemuka
dan tokoh di Madinah kemudian di lanjutkan dengan bai’at oleh
seluruh pemuka Arab. Hal ini tidak pernah terjadi pada masa
pemerintahan dinasti Umayah.
Sebelum sistem pemerintahan dirubah atau selama
pemerintahan di pegang oleh khulafa’ al-rasyidin, khalifah di
dampingi oleh dewan penasehat yang terdiri dari pemuka-pemuka Islam,
dimana seluruh kebijakan yang penting dimusyawarahkan secara terbuka,
bahkan rakyat mempunyai hak untuk menyampaikan pertimbangan dalam
pemerintahan. Tradisi menyampaikan pendapat ini tidak berlaku bagi
masa Bani Umayah. Dewan permusyawaratan dan dewan penasehat tidak
berfungsi secara efektif, kebebasan dalam menyampaikan kritik atas
kebijakan peerintah sangat dilarang.
Selama Muawiah berkuasa, ia berusaha memulihka
kembali kesatuan wilayah Islam. Untuk itu ia memindahkan ibukota dari
Kufah ke Damaskus. Sumber terjadinya kekacauan adalah konflik antara
klompok khawarij, Himyariyah dan Mudariyah. Maka menjadi prioritas
utama kebijaksanaan Muawiyah untuk mengembalikan stabilitas hubungan
antara kedua kelompok tersebut. Muawiyah akhirnya bisa memulihkan
kembali kesatuan umat Islam dan melindungi keutuhan imperium Islam.
Setelah berhasil mengamankan situasi dalam negeri, muawiyah segera
mengerahkan pasukan untuk mengadakan perluasan Wilayah.
- Dampak dari Sistem Pemerintahan-pemerintahan Baru Islam
Dengan bergantinya sistem pemerintahan Islam dari
sistem Demokrasi menjadi seperti kekhalifahan atau sistem monarki
absolut yang berarti sistem kerajaan yang diwariskan secara
turun-temurun kepada anak cucunya dan tidak lagi dilakukan dengan
pemilihan melalui cara-cara seperti demokrasi4,
terjadi banyak kemajuan diantaranya adalah:
- Perkembangan ilmu pengetahuan, misalnya: Kehidupan ilmu dan akal, dibangnnya masjid pusat kehidupan ilmu, pembukuan ilmu, pusat kegiatan ilmiah, ilmu qiraat, ilmu tafsir dan lain-lain.
- Perkembangan seni dan budaya, yaitu: seni bangunan, seni rupa, seni suara, seni bahasa, seni pidato dan seni mengarang (Insya)
- Perkembangan dalam bidang sosial.
Pada zaman khalifah Daulah Bani Umayah dalam
mensejahterakan rakyatnya ialah dengan memperbaiki seluruh sistem
pemerintahan dan menata administresi yang baik dengan
membentukbeberapa departemen dan orgnisasi.
- Perkembangan dalam bidang politik.
- Perkembangan dalam bidang Militer.
Selain itu, akibat dari perubahan sistem itu juga
membawa dampak yang sangat besar, yakni kehancuran Bani Umayah, hal
ini terjadi karena:
- Sistem pergantian khalifah melalui garis keturunan adalah sesuatu yang baru (bid’ah) bagi tradisi Islam yang lebih menekankan aspek sinioritas. Pengaturanyya tidak jelas, ketidak jelasan sistem pergantian khalifah ini menyebabkan persaingan yang tidak sehat dikalangan anggota keluarga utama.
- Latar belakang terbentuknya Dinasti Umayah tidak bisa dipisahkan dari knoflik-konflik politik yang terjadi pada masa Ali.
- Pertentangan etnis antara suku Arabia Utara (bani Qays) dan Arabia Selatan (bani Kalb) yang sudah ada sejak zaman sebelum Islam makin meruncing.
- Lemahnya pemerintahan yang di sebabkan sikap hidup mewah dilingkungan istana.
- Munculnya kekuatan baru yang di pelopori oleh keturunan al-Abas ibn Add al-Muthalib. Gerakan ini mendapat dukungan penuh dari Bani Hasyim dan golongan syi’ah dan kaum mawali yang merasa di kelas duakan oleh pemerintahan Bani Umayah.5
- Kesimpulan
Muawiyah Ibn Abu Sufyan Ibn Harb adalah pembangun
Dinasti Umaiyah dan sekaligus menjadi khalifah pertama. Ia mengubah
sistem pemerintahan Islam dari Demokrasi menjadi sistem Monarki
Absolut atau kerajaan dan ia juga memindahkan ibukota kekuasaan Islam
dari Kufah ke Damascus.
Setelah pergantian sistem pemerintahan dari
Demokrasi ke sistem kerajaan, Umayah banyak mengalami kemajuan dalam
berbagi bidang. Tapi selain mengalami kemajuan Umayah juga mengalami
kehancuran yang di sebabkan dari dampak pergantian sistem
pemerintahan.
DAFTAR
PUSTAKA
www.google.
Com ‘Pemerintahan
baru periode Daulah Umaiyah.’
Mufrodi,
Ali, Islam di Kawasan kebudayaan Arab,
Jakarta: Logos,1997.
Zalum, Abdul Qadim, Sistem
pemerintahan Islam, Jawa Timur: Darul
Ummah, 2002.
Murodi,
Sejarah Kebudayaan Islam, Semarang
: Karya Toha Putra, 1997.
http:// Sejarah
Kebudayaan Islam ; sistem pemerintahan baru islam.
5
http:// Sejarah Kebudayaan Islam ; sistem
pemerintahan baru islam.