- Pengertian Dewasa dan Ciri-ciri Kedewasaan
Usia
dewasa dimulai sejak berakhirnya kegoncangan-kegoncangan kejiwaan
yang menimpa masa remaja. Dengan demikian, usia dewasa bisa dikatakan
ketenangan jiwa, ketetapan hati dan keimanan yang tegas. Walaupun
demikian, dalam kenyataan hidup sehari-hari terkadang dijumpai
orang-orang dewasa masih merasakan kegoncangan jiwa. Tentunya tidak
sehebat yang terjadi pada masa remaja. Hal itu wajar terjadi karena
persoalan-persoalan hidup tetap saja timbul, sekalipun mereka telah
mencapai usia dewasa.
Dari
segi biologis atau pisikologis dewasa dapat diartikan sebagai suatu
keadaan bertumbuhnya ukuran-ukuran tubuh dan mencapai kekuatan
maksimal serta siap “berproduksi”. Dewasa juga dapat diartikan
sebagai individu-individu yang telah memiliki kekuatan tubuh secara
maksimal dan siap bereproduksi dan telah dapat diharapkan memiliki
kesiapan kognitif, afektif dan psikomotor, serta dapat diharapkan
memainkan peranannya bersama dengan individu-individu lain dalam
masyarakat.
Rumusan
di atas itu mengundang untuk memperhatikan apa yang ditekankan yaitu
istilah diharapkan. Penekanan ini dimaksudkan bahwa orang dewasa itu,
baru memiliki kemungkinan-kemungkinan untuk memiliki sesuatu sifat
atau sesuatu keadaan atau sesuatu cirri. Kalau orang dewasa dapat
senyatanya melaksanakan apa yang diharapkan itu, maka sebagian ciri
kematangan telah mereka miliki.
Adapun
pengertian dari masa dewasa yaitu masa pencaharian kemantapan dan
masa reproduktif, yaitu suatu masa yang penuh masalah dan ketegangan
emosional, periode isolasi sosial, periode komitmen dan masa
ketergantungan, perubahan nilai-nilai, kreativitas, dan penyesuaian
diri pada pola hidup yang baru. Masa dewasa dini, dari umur delapan
belas hingga lebih kurang empat puluh tahun.1
Saat
telah menginjak usia dewasa terlihat adanya kematangan jiwa mereka;
“Saya hidup dan saya tahu untuk apa,” menggambarkan bahwa di usia
dewasa orang sudah memiliki tanggung jawab serta sudah menyadari
makna hidup.2
Dengan kata lain, orang dewasa nilai-nilai yang yang dipilihnya dan
berusaha untuk mempertahankan nilai-nilai yang dipilihnya.
Elizabeth
B. Hurlock membagi masa dewasa menjadi tiga bagian:3
- Masa dewasa awal (masa dewasa dini/young adult)
Masa
dewasa awal adalah masa pencaharian kemantapan dan masa reproduktif
yaitu suatu masa yang penuh dengan masalah dan ketegangan emosional,
priode isolasi social, priode komitmen dan masa ketergantungan,
perubahan nilai-nilai, kreativitas dan penyesuaian diri pada pola
hidup yang baru. Kisaran umurnya antara 21 tahun sampai 40 tahun.
- Masa dewasa madya (middle adulthood)
Masa
dewasa madya ini berlangsung dari umur empat puluh sampai enam puluh
tahun. Ciri-ciri yang menyangkut pribadi dan social antara lain; masa
dewasa madya merupakan masa transisi, dimana pria dan wanita
meninggalkan ciri-ciri jasmani dan prilaku masa dewasanya dan
memasuki suatu priode dalam kehidupan dengan ciri-ciri jasmani dan
prilaku yang baru. Perhatian terhadap agama lebih besar dibandingkan
dengan masa sebelumnya, dan kadang-kadang minat dan perhatiannya
terhadap agama ini dilandasi kebutuhan pribadi dan sosial.
- Masa usia lanjut (masa tua/older adult)
Usia
lanjut adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang. Masa ini
dimulai dari umur enam puluh tahun sampai mati, yang ditandai dengan
adanya perubahan yang bersifat fisik dan psikologis yang semakin
menurun. Adapun ciri-ciri yang berkaitan dengan penyesuaian pribadi
dan sosialnya adalah sebagai berikut; perubahan yang menyangkut
kemampuan motorik, peruban kekuatan fisik, perubahan dalam fungsi
psikologis, perubahan dalam system syaraf, perubahan penampilan.
- Karakteristik Sikap Keberagamaan Pada Masa Dewasa
Sejalan
dengan tingkat perkembangan usianya, maka sikap keberagamaan pada
orang dewasa antara lain memiliki ciri sebagai berikut:4
- Menerima kebenaran agama berdasarkan pertimbangan pemikiran yang matang, bukan sekedar ikut-ikutan.
- Cenderung bersifat realitas, sehinggga norma-norma agama lebih banyak diaplikasikan dalam sikap dan tingkah laku.
- Bersikap positif terhadap ajaran dan norma-norma agama, dan berusaha untuk mempelajari dan memperdalam pemahaman keagamaan.
- Tingkat ketaatan beragama didasarkan atas pertimbangan dan tanggung jawab diri hingga sikap keberagamaan merupakan realisasi dari sikap hidup.
- Bersikap lebih terbuaka dan wawasan yang lebih luas.
- Bersikap lebih kritis terhadap materi ajaran agama sehingga kemantapan beragama selain didasarkan atas pertimbangan pikiran, juga didasarkan atas pertimbangan hati nurani.
- Sikap keberagamaan cenderung mengarah kepada tipe-tipe kepribadian masing-masing, sehingga terlihat adanya pengaruh kepribadian dalam menerima, memahami serta melaksanakan ajaran agama yang diyakininya.
- Terlihat adanya hubungan antar sikap keberagamaan dengan kehidupan social, sehingga perhatian terhadap kepentingan organisasi sosial keagamaan sudah berkembang.
- Masalah-masalah Keberagamaan Pada Masa Dewasa
Seorang
ahli psikologi Lewis Sherril, membagi masalah-masalah keberagamaan
pada masa dewasa sebagai berikut;
- Masa dewasa awal, masalah yang dihadapi adalah memilih arah hidup yang akan diambil dengan menghadapi godaan berbagai kemungkinan pilihan.
- Masa dewasa tengah, masalah sentaral pada masa ini adalah mencapai pandangan hidup yang matang dan utuh yang dapat menjadi dasar dalam membuat keputusan secara konsisten.
- Masa dewasa akhir, ciri utamanya adalah ‘pasrah’. Pada masa ini, minat dan kegiatan kurang beragama. Hidup menjadi kurang rumit dan lebih berpusat pada hal-hal yang sungguh-sungguh berarti. Kesederhanaan lebih sangat menonjol pada usia tua.
- Perkembangan Agama Pada Masa Dewasa
Dari
segi Ilmu Jiwa Agama, dapat dikatakan bahwa perubahan keyakinan atau
perubahan jiwa agama pada orang dewasa bukanlah suatu hal yang
terjadi secara kebetulan saja, dan tidak pula merupakan pertumbuhan
yang wajar, akan tetapi adalah suatu kejadian yang didahului oleh
berbagai proses dan kondisi yang dapat diteliti dan dipelajari.
Perkembangan jiwa agama pada orang dewasa, yang terpenting ialah yang
dinamakan “Konversi Agama”, keyakinan yang berupa mistik; dan
perubahan ke arah acuh tak acuh terhadap ajaran agama.
Pada
masa dewasa dini, agama mulai dipandang sebagai bagian terpenting
dalam hidupnya. Sedangkan pengkajian nilai diharapkan untuk menjadi
pedoman yang lebih kokoh menghadapi tugas-tugas didunia dan jadi
pedoman utama menghadapi kematian dan hidup di akhirat kelak.
Pekerjaan, ideology, kegiatan sosial, biasanya akan dikaitkan dengan
tuntunan agama. Kwalitas ibadah saat ini akan terlihat secara jelas.
Sedangkan yang nilai agamanya kurang disebabkan pendidikan dasar
agama yang diperoleh sebelumnya rendah, dan akan mewujudkan tingkah
laku agama yang rendah pula. Orang dewasa dini lebih memperhatikan
hal-hal keagamaan jika tetangga-tetangga dan teman-temannya aktif
dalam organisasi-organisasi keagamaan. Dan pada masa ini
kegagalan-kegagalan hidup mulai diatasi dengan bantuan agama,
sekalipun dia selama hidupnya kurang mengamalkan agama atau kurang
keyakinannya.
Orang-orang
dewasa yang cemas akan kematian atau mereka yang sangat memikirkan
hal kematian cenderung lebih memperhatikan agama daripada orang yang
bersikap lebih realistic. Semakin otoriter pola kepribadian
seseorang, semakin banyak perhatiannya pada agama dan semakin kaku
sikapnya terhadap agama-agama lainnya. Sebaliknya, orang yang
memiliki pribadi yang berpandangan seimbang lebih luwes terhadap
agama-agama lain dan biasanya lebih aktif dalam kegiatan agamanya.
(Tumanggor,2001:72;Hurlock,1980:258)
Pada
masa dewasa madya adalah masa keinginan yang sangat tinggi untuk
beribadah. Banyak orang berusia madya (laki-laki dan perempuan) yang
tertarik kepada tempat ibadah (seperti: masjid) dan kegiatan yang
berhubungan dengan keagamaan daripada yang pernah mereka kerjakan
pada waktu masih muda. Walaupun keinginannya ini mungkin bukan karena
alasan keagamaan. Contohnya banyak orang usia madya, terutama wanita
menganggap bahwa kegiatan keagamaan atau sosial dapat digunakan untuk
memenuhi kebutuhannya. Keinginannya untuk lebih terlibat dengan
kegiatan keagamaan akan semakin besar setelah seseorang kehilangan
anggota keluarga atau teman dekatnya.5
- Sikap Keberagamaan Pada Masa Dewasa
Sikap
keberagamaan orang dewasa memiliki perspektif yang luas didasarkan
atas nilai-nilai yang dipilihnya. Selain itu, sikap keberagamaan ini
umumnya juga dilandasi oleh pendalaman pengertian dan perluasan
pemahaman tentang ajaran agama yang dianutnya. Beragama, bagi orang
dewasa sudah merupakan sikap hidup dan bukan sekedar ikut-ikutan.
Sejalan dengan tingkat perkembangan usianya, maka sikap keberagamaan pada orang dewasa antara lain memiliki cirri-ciri sebagai berikut:
Sejalan dengan tingkat perkembangan usianya, maka sikap keberagamaan pada orang dewasa antara lain memiliki cirri-ciri sebagai berikut:
- Menerima kebenaran agama berdasarkan pertimbangan pemikiran yang matang, bukan sekadar ikut-ikutan.
- Cenderung bersifat realis, sehingga norma-norma agama lebih banyak diaplikasikan dalam sikap dan tingkah laku.
- Bersikap positif terhadap ajaran dan norma-norma agama, dan berusaha untuk mempelajari dan memperdalam pemahaman keagamaan.
- Tingkat ketaatan beragama didasarkan atas pertimbangan dan tanggung jawab diri hingga sikap keberagamaan merupakan realisasi dari sikap hidup.
- Bersikap lebih terbuka dan wawasan yang lebih luas.
- Bersikap lebih kritis terhadap materi ajaran agama sehingga kemantapan beragama selain didasarkan atas pertimbangan pikiran, juga didasarkan atas pertimbangan hati nurani.
- Sikap keberagamaan cenderung mengarah kepada tipe-tipe kepribadian masing-masing, sehingga terlihat adanya pengaruh kepribadian dalam menerima, memahami serta melaksanakan ajaran agama yang diyakininya.
- Terlihat adanya hubungan antara sikap keberagamaan dengan kehidupan sosial, sehingga perhatian terhadap kepentingan organisasi sosial keagamaan sudah berkembang. 6
PENUTUP
Demikianlah
makalah ini kami susun dengan sebaik mungkin, akan tetapi kesalahan
dan kekurangan pastilah ada pada diri kami selaku penyusun, oleh
karena itu kami haturkan maaf yang sebesar-besarnya jika memang ada
kesalahan dan kekurangannya, untuk itu kami mengharapkan kritik dan
sarannya guna menjadikan makalah ini dapat lebih baik ke depannya.
Tak lupa kami ucapkan terima kasih banyak kepada Bapak dosen dan
kepada teman-teman semua yang telah membimbing dan turut ikut
berpartisipasi dalam kegiatan diskusi ini. Akhirnya kami ucapkan
semoga pembahasan makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, amin.
DAFTAR
PUSTAKA
Jalaludin,
Psikologi
Agama,
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007
Sururin,
Ilmu
Jiwa Agama,
Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004
2
Jalaludin, Psikologi
Agama (Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2007), hal. 105.
3
Sururin,
Ilmu
Jiwa Agama
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), hal. 83.
6
Ibid.,