Komunikasi Intrapersonal

Written By IMM Tarbiyah on Minggu, 25 Maret 2012 | 20.16


Pembahasan

Pada bab ini akan menguraikan bagaimana orang menerima informasi, mengolahnya, menyimpannya, dan menghasilkannya kembali. Proses pengolahan informasi yang disini kita sebut dengan komunikasi intrapersonal yang meliputi sensasi, persepsi, memori, dan berfikir.

  1. Proses Komuikasi
Proses Komuniksai terbagi menjadi dua tahap, yakni secara primer dan secara sekunder.[1]
a.     Proses Komunikasi Secara Primer
Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan orang kepada orang lain dengan menggunakan lambing (symbol) sebagai media. Lambing sebagai media primer dalam proses kimunikasi adalah bahasa, kial, isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya yang secara langgsung mampu “memerjemahkan pikiran dan atau perasaan komunikator kepada komunikan. Bahwa bahasa yang paling banyak digunakan dalam komunikasi adalah jelas karena hany bahasalah yang mampu menerjemahkan pikiran seseorang kepada orang lain.[2]

b.    Proses Komunikasi Secara Sekunder
Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama.[3]
     Seorang komunikator menggunakan menggunakan media kedua dalam melancarkan komunikasinya karena komunikan sebagai sasarannya berada di tempat yang relatif jauh atau jumlahnya banyak. Surat, Telephon, telaeks, surat kabar, televise, film, radio, dan banyk lagi adalah media kedua yang sering digunakan dalam komunikasi.


2.      Sensasi 
Tahap paling awal dalam penerimaan informasi ialah sensasi. Sensasi berasal dari kata “sense”, artinya alat pengindraan, yang menghubungkan organisme dengan lingkungannya. “bila alat-alat indera mengubah informasi menjadi impuls-impuls saraf-dengan bahasa yang difahami oleh (computer) otak-maka terjadilah proses sensasi,”kata Dennis Coon (1977:79). “Sensasi adalah pengalaman elementer yang segera, yang tidak memerlukan penguraian verbal, simbolis, atau konseptual, dan terutama sekali berhubungan dengan kegiatan alat indera,” menurut Bunyamin B. Wolman (1973:343). [4]
Dalam hal ini, fungsi alat indera sangat penting dalam menerima informasi. Melalui alat indera, manusia dapat memahami kualitas fisik lingkungannya. Lebih dari itu, melalui alat inderalah manusia memperoleh pengetahuan dan semua kemampuan untuk berinteraksi dengan dunianya.
John locke, seorang filusuf mengatakan bahwa “There’s nothing in the mind except what was first in the sense”. Dan sama halnya dengan Berkeley, bahwa andaikan kita tidak mempunyai alat indera, dunia ini tidak akan ada.
Apa saja yang menyentuh alat indera dari dalam atau luar disebut stimuli. Saat ini anda sedang membaca tulisan saya (stimuli eksternal), padahal pikiran anda sedang diganggu oleh perjanjian hutang yang habis waktu hari ini (stimuli internal). Anda serentak menerima dua macam stimuli. Alat penerima anda segera mengubah stimuli ini menjadi energy saraf untuk disampaikan ke otak melalui proses transduksi. Agar dapat diterima pada alat indera anda, stimuli harus cukup kuat. Batas minimal intensitas stimuli disebut ambang mutlak. Mata, misalnya hanya dapat menangkap  stimuli yang panjang gelombang cahaya antara 380 sampai 780 nanometer. Manusia akan sanggup menerima temperatur 10-45 derajat celcius. Dibawah 10 derajat celcius, ia akan menggigil dengan perasaan dingin mencekam.[5]
Fungsi persuasif media masa tidak kalah dengan fungsi informasi dan hiburan. Banyak tulisan yang jika di perhatikan yang di perhatikan lebih jeli tryata terdapat fungsi persuasive. Tulisan pada Tajuk Rencana, artikel dan surat pembaca merupakan contoh tulisan pesuasif.
Aktifitas Public Relations (PR) dan promosi khusus dalam komunikasi tatap muka juga merupakan bentuk dari komunisi persuasi. Bahkan, seatu kegiatan aktifitas PR dan promosi khusus melalui media massa, semua itu tidak lepas dari usaha untuk mencari perhatian dan menarik perhatian orang lain, seperti iklan sampho yang menyataka bahwa boleh keramas setiap hari. Tujuan ini jelas bahwa yaitu mempengaruhi penonton untuk mengikuti apa yang dikatakan pada iklan tersebut. Lebih khusus lagi adalah agar penonton membeli produk tersebut dan tidak memakai produk yang lain.
Banyk hal yang dibaca, didengar, dan dilihat khalayak peuh dengan kepentingan persuasi ini. Kampanye politik yang secara periodik menyita perhatian kita dimedia massa, hamper semua persuasif. Berita-berita yang berasal dari pemerintah yang bertujuan untuk mempengaruhi. Apa yang dilihat, didingar dan dibaca khalayak di media didesain untuk mempengaruhinya. Ratusan filem dibuat di Amerika setiap tahun berhubungan dengan informasi dsn khususnya persuasive.
Bagi Yosep A. devito (1997) fungsi persuasi dianggap sebagai fungsi yang paling penting dari komunikasi massa. Persuasi bisa datang dari berbagai bentuk:[6]
1.    Mengukuhkan atau memperkuat sikap, kepercayaan, atau nilai seseorang.
2.    Mengubah sikap, kepercayaan, atau nilai seseorang.
3.    Menggerakan seseorang untuk melakukan sesuatu.
4.    Memperkenalkan etika, atau menawarkan suatu system nilai tertentu.
                           
3.      Persepsi
Persepsi merupakan pengalaman obyek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi juga memberikan makna pada stimuli inderawi. Hubungan sensasi dengan persepsi sudah jelas. Sensasi adalah bagian dari persepsi. Walaupun begitu menafsirkan makna informasi inderawi tidak hanya melibatkan sensasi tetapi juga atensi, espektasi, motivasi, dan memori (Desiderato, 1976:129).[7]
Seperti contoh, bila dosen anda mengucapkan “Bagus”, tetapi anda mendengar agus, anda keliru sensasi. Tetapi bila saya mengucapkan, “anda cerdas sekali” lalu anda menerima pujian saya dengan berang, karena anda kira saya mempermainkan anda, anda salah mempersepsi pesan saya.

4.      Perhatian (Attention)
Perhatian merupakna proses mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli lainnya melemah. Demikian definisi yang diberikan oleh Kenneth E. Andersen (1972:46), dalam buku yang ditulisnya sebagai pengantar pada teori komunikasi. Perhatian terjadi bila kita mengkonsentrasikan diri pada salah satu alat indera kita, dan mengesampingkan masukan-masukan melalui alat indera lain. Apa yang kita perhatikan ditentukan oleh faktor-faktor situasional dan personal. Faktor situasional terkadang disebut sebagai determinan perhatian yang bersifat eksternal atau penarik perhatian (attention getter). Stimuli diperhatikan karena mempunyai sifat-sifat yang menonjol, antara lain: gerakan, intensitas stimuli, kebaruan, dan perulangan.[8]

a.    Gerakan.
Seperti organisme lain, manusia secara visual tertarik pada obyek-obyek yang bergerak. Kita senang melihat huruf-huruf dalam display yang bergerak menampilkan nama barang yang diiklankan. Pada tempat yang dipenuhi benda-benda mati, kita akan tertarik hanya kepada tikus kecil yang bergerak.

b.   Intensitas stimuli.
Kita akan memperhatikan stimuli yang lebih mneonjol dari stimuli yang lain. Warna merah pada latar belakang putih, tubuh jangkung ditengah-tengah orang pendek.

c.    Kebaruan.
Hal-hal yang baru, yang luar biasa, yang berbeda akan menarik perhatian. Beberapa eksperimen juga membuktikan stimuli yang luar biasa lebih mudah dipelajari dan diingat. Seperti pemasangan iklan sering memanipulasi unsur kebaruan ini dengan menonjolkan yang luar biasa dari barang atau jasa yang ditawarkannya. Media massa tidak hentinya menyajikan ptogram-program baru. Tanpa hal-hal yang baru, stimuli menjadi monoton, membosankan, dan lepas dari perhatian.

5.      Memori
Dalam komunikasi interpersonal, memori memegang peranan penting dalam mempengaruhi baik persepsi maupun berfikir.
Memori merupakan sistem yang sangat berstruktur, yang meyebabkan organisme sanggup merekam fakta tentang dunia dan menggunakan pengetahuannya untuk membimbing perilakunya. Pengertian tersebut dikemukakan oleh Schlessiger dan Groves (1976:352). Setiap stimuli mengenai indera kita, setiap saat pula stimuli itu direkam secara sadar maupun tidak sadar.
Secara singkat, memori melewati tiga proses yaitu perekaman, penyimpanan, dan pemanggilan. Perekaman (encoding) adalah pencatatan informasi melalui reseptor indera dan sirkit saraf internal. Penyimpanan (storage), adalah mementukan berapa lama informasi itu berada beserta kita, dalam bentuk apa, dan dimana. Pemanggilan (retrieval) dalam bahasa sehari-hari mengingat lagi adalah menggunakan informasi yang disimpan (Mussen dan Rosenzweig, 1973:499).[9]

1.      Jenis-Jenis Memori
Kita tidak menyadari pekerjaan memori pada dua tahap yang pertama. Kita tidak haya mengetahui memori pada tahap ketiga: pemanggilan kembali. Pemanggilan diketahui dengan empat cara:
1.      Pengingatan
Pengingatan adalah proses aktif untuk menghasilkan kembali fakta dan informasi secara ferbatim (kata demi kata) tanpa petunjuk yang jelas.
2.      Pengenalan
3.      Belajar lagi
Menguasai kembali semua pelajaran yang sudah pernah kita peroleh termasuk pekerjaan memory.
4.      Redintegrasi
Mengkonstruksi masa lalu dari satu petunjuk memory kecil.

6.      Berfikir
Proses keempat yang mempengaruhi penafsiran kita terhadap stimuli adalah berfikir. Dalam berfikir kita melibatkan semua proses yang kta sebut dimuka: sensasi, persepsi, dan memori.
Secara garis besar, ada dua macam berfikir yakni berfikir austistik dan berfikir realistic. Yang pertama mungkin lebih tepat disebut melamun. Fantasi, menghayal, wishful thinking, dalah contoh-contohnya. Dengan berfikir austistik, orang melarikan diri dari kenyataan, dan melihat hidup sebagi gambar-gambar fantastis. Berfikir realistik disebut juga nalar (reasoning), ialah berfikir  dalam rangka menyesuaikan diri dengan dunia nyata. Flyod L Ruch menyebut tiga macam berfikir realistik yakni deduktif, induktif, dan evaluatif.
Berfikir deduktif ialah mengambil kesimpulan dari dua pernyataan; yang pertama merupakan pernyataan umum. Berfikir induktif yakni kebalikan dari berfikir deduktif yaitu mengambil kesimpulan dari dua pernyataan; yang pertama merupakan pernyataan khusus. Berfikir evaluatif ialah berfikir kritis, menilai baik-buruknya, tepat atau tidaknya suatu gagasan.[10] Dalam berfikir evaluative, kita tidak menambah atau mengurangi gagasan. Kita menilainya menurut kriteria tertentu. Menurut perkembangan mutakhir psikologi kognitif, manusia lebih sering berfikir tidak logis daripada berfikir logis seperti berfikir deduktif.



KESIMPULAN

Jadi dalam Proses Komuniksai terbagi menjadi dua tahap, yakni secara primer dan secara sekunder yang dimana terdapat Sensasi yaitu
Tahap paling awal dalam penerimaan informasi yang kemudian dilanjutkan dengan Persepsi yang merupakan pengalaman obyek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Perhatian menurut Kenneth E. Andersen merupakna proses mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli lainnya melemah, dan Memory serta Berfikir



















Daftar Pustaka

Rakhmat, Jalaludin Pesikologi Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosadakarya Offset, 2011).
Rakhmat Jalaludin, Pesikologi Komunikasi Edisi Revisi, (Bandung: Remaja Rosadakarya Offset, 1998). Nurudin, Pengantar Komunikasi Massa, (Jakarta: raja grafindo persada, 2007) hal.72
Onang, Uchjana, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1997)
Mulyana, Deddy, Komunikasi Ecektif, (Bandung: Remaja Rosadakarya Offset, 2008).


[1] Onang Uchjana, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1997) hal. 11 
[2] Ibid
[3] Onang Uchjana, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1997) hal. 11 
[4] Jalaludin Rakhmat, Pesikologi Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosadakarya Offset, 1998). Hal 49
[5] Jalaludin Rakhmat, Pesikologi Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosadakarya Offset, 1998).
[6] Nurudin, Pengantar Komunikasi Massa, (Jakarta: raja grafindo persada, 2007) hal.72
[7] Jalaludin Rakhmat, Pesikologi Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosadakarya Offset, 1998). Hal 51
[8] Jalaludin Rakhmat, Pesikologi Komunikasi Edisi Revisi, (Bandung: Remaja Rosadakarya Offset, 1998). Hal 52
[9] Jalaludin Rakhmat, Pesikologi Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosadakarya Offset, 1998). Hal 62
[10] Jalaludin Rakhmat, Pesikologi Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosadakarya Offset, 1998). Hal 67

Ditulis Oleh : IMM Tarbiyah ~IMM Komisariat Dakwah

IMM.Dakwah Anda sedang membaca artikel berjudul Komunikasi Intrapersonal.

Ditulis oleh IMM Komisariat Dakwah.

Silahkan manfaatkan dengan bijak.

Blog, Updated at: 20.16